Senin, 02 Mei 2016

Persebaran Islam di Nusantara

A.    Proses Masuknya Agama Islam di Nusantara
Ada tiga teori tentang proses masuknya agama Islam di Nusantara, yaitu:
1.     Teori Gujarat
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan dibawa oleh bangsa Gujarat, India.
2.     Teori Mekkah
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 dan dibawa oleh bangsa Arab.
3.     Teori Persia
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan dibawa oleh bangsa Persia.

Agama Islam menjadi Agama yang paling banyak pemeluknya di Indonesia karena penyebaran dilakukan dengan berbagai cara yang kesemuanya mendukung meluasnya agama Islam di Nusantara.
1.     Perdagangan
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan India. Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal ini menimbulkan jalinan hubungan dagang antara masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam. Di samping berdagang, sebagai seorang muslim juga mempunyai kewajiban berdakwah maka para pedagang Islam juga menyampaikan dan mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada orang lain. Dengan cara tersebut, banyak pedagang Indonesia memeluk agama Islam dan merekapun menyebarkan agama Islam dan budaya Islam yang baru dianutnya kepada orang lain. Dengan demikian, secara bertahap agama dan budaya Islam tersebar dari pedagang Arab, Persia, India kepada bangsa Indonesia. Proses penyebaran Islam melalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih efektif dibanding cara lainnya.
2.     Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang yang sudah menetap makin membaik. Para pedagang itu menjadi kaya dan terhormat, tetapi keluarganya tidak dibawa serta. Para pedagang itu kemudian menikahi gadis – gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara itu pun tidak mengalami kesulitan. Misalnya, perkawinan Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dengan Nyai Gede Manila, putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan antara Raja Brawijaya dengan putri Jeumpa yang beragama Islam kemudian berputra Raden Patah yang pada akhirnya menjadi Raja Demak. Karena pernikahan itulah, maka banyak keluarga raja atau bangsawan masuk Islam. Kemudian diikuti oleh rakyatnya. Dengan demikian Islam cepat berkembang.
3.     Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok – pondok pesantren. Dan di dalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi menuntut ilmu yang berhubungan dengan agama Islam. Yang jika para pelajar tersebut selesai dalam menuntut ilmu mengenai agama Islam, mereka mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kembali ilmu yang diperolehnya kepada masyarakat sekitar. Yang akhirnya masyarakat sekitar menjadi pemeluk agama Islam. Pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan Ampel Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dan Pesantren Sunan Giri yang santrinya banyak berasal dari Maluku, dll.
4.     Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang peranan penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan memeluk agama Islam, otomatis rakyatnya akan berbondong -  bondong memeluk agama Islam. Karena, masyarakat Indonesia memiliki kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi panutan rakyatnya. Jika raja dan rakyat memeluk agama Islam, pastinya demi kepentingan politik maka akan diadakannya perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam.
5.     Melalui dakwah di kalangan masyarakat
Di kalangan masyarakat Indonesia sendiri terdapat juru – juru dakwah yang menyebarkan Islam di lingkungannya, antara lain: Dato’ri Bandang menyebarkan agama Islam di daerah Gowa (Sulawesi Selatan), Tua Tanggang Parang menyebarkan Islam di daearah Kutai (Kalimantan Timur), seorang penghulu dari Demak menyebarkan agama Islam di kalangan para bangsawan Banjar (Kalimantan Selatan), Para Wali menyebarkan agama Ilsam di Tanah Jawa. Wali yang terkenal ada sembilan wali, yaitu:
a.      Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
b.     Sunan Ampel (Raden Rahmat)
c.      Sunan Bonang (Makdum Ibrahim)
d.     Sunan Giri (Raden Paku)
e.      Sunan Drajat (Syarifuddin)
f.      Sunan Kalijaga (Jaka Sahid)
g.     Sunan Kudus (Ja’far Sodiq)
h.     Sunan Muria (Raden Umar Said)
i.       Sunan Gunung Jati (Feletehan)
Para wali tersebut adalah orang Indonesia asli, kecuali Sunan Gresik. Mereka memegan beberapa peran di kalangan masyarakat sebagai:
a.      Penyebar agama Islam
b.     Pendukung kerajaan-kerajaan Islam
c.      Penasihat raja-raja Islam
d.     Pengembang kebudayaan daerah yang telah disesuaikan dengan budaya Islam
Karena peran mereka itulah, maka para wali sangat terkenal di kalangan masyarakat.
6.     Seni Budaya
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid), seni pahat, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak dijumpai di Jogjakarta, Solo, Cirebon, dls. Seni budaya Islam dibuat dengan cara mengakrabkan budaya daerah setempat dengan ajaran Islam yang disusupkan ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus dan sedapat mungkin memanfaatkan tradisi lokal, misalnya :
a.      Membumikan ajaran Islam melalui syair – syair. Contohnya : Gending Dharma, Suluk Sunan Bonang, Hikayat Sunan Kudus, dan lain – lain.
b.     Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin. Tokoh – tokoh simbolis dalam wayang diadopsi atau mencipta nama lainnya yang bisa mendekatkan dengan ajaran Islam. Mencipta tokoh baru dan narasi baru yang sarat pengajaran.
c.      Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat lima waktu sekaligus alarm pengingat. Sebab insting masyarakat telah akrab dengan gema bedug sebai pemanggil untuk acara keramaian.
d.     Menggeser tradisi klenik dengan doa – doa pengusir jin sekalugus doa ngirim leluhur. Diantaranya yang disebut Tahlil.
7.     Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka selalu menghayati kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah – tengah masyarakatnya. Para Sufi biasanya memiliki keahlian yang membantu masyarakat dan menyebarkan agama Islam. Para Sufi pada masa itu diantaranya Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung Jawa.

Dengan melalui saluran diatas, agama Islam dapat berkembang pesat dan diterima masyarakat dengan baik pada abad ke-13. Dan adapun faktor – faktor yang menyebabkan Islam cepat bekembang di Indonesia antara lain :
1.     Syarat masuk Islam hanya dilakukan dengan mengucapkan dua kelimat syahadat
2.     Tata cara beribadahnya Islam sangat sederhana
3.     Agama yang menyebar ke Indonesia disesuaikan dengan kebudayaan Indonesia
4.     Penyebaran Islam dilakuakn secara damai.

B.    KERAJAAN ISLAM DI NUSANTARA
1.     Kerajaan Samudera Pasai

a.      Letak
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di bumi nusantara ini dan terletak di pantai timur Sumatera bagian utara yang dekat jalur pelayaran perdagangan internasional, Selat Malaka.
b.     Sumber sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Samudera Pasai sebenarnya tidak banyak. Sumber sejarahnya antara lain adalah makan Sultan Malik as-Saleh dan catatan Ibnu Batutah dan Cheng Ho.
c.      Sultan
1267-1297 : Sultan Malik as-Saleh (Marah Silu)
1297-1326           ultan Malik Al Thahir (Sultan Malikul Thahir)
d.     Peristiwa penting
Pada masa kekuasaan Sultan Malik Al-Thahir (1921-1236), terjadi peristiwa penting yaitu saat Abdullah (putra Sultan Malik as-Saleh) memisahkan diri ke Aru dan bergelar (Sultan Malikul Mansur).
e.      Penyebab kemunduran
·       Kerajaan Majapahit berambisi menyatukan bumi nusantara.
·       Berdirinya Kerajaan Bandar Malaka yang letaknya lebih strategis karena berada di daerah pusat Selat Malaka.
·       Setelah Sultan Malik Al-Thahir wafat, tidak ada yang meggantikan tahta sehingga penyebaran agama 
·       Islam diambil dan diteruskan oleh Kerajaan Aceh.
2.     Kerajaan Aceh

a.      Letak
Secara geografis, Kerajaan Aceh terletak strategis di Sumatera bagian utara dekat jalur pelayaran perdagangan internasional, sekitar Selat Malaka. 
b.     Sumber sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Aceh adalah Masjid Raya Aceh, Masjid Raya Baiturrahman, catatan Lombard, dan asal-usul Aceh yang berupa cerita turun-temurun.
c.      Sultan
1511-1530 : Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah
1530-1539 : Sultan Salahuddin
1539-1571 : Sultan Alaidin Riayat Syah (Sultan Al Qahhar)
1571-1579 : Sultan Husain Alaidin Riayat Syah
1579-1580 : Sultan Zainal Abidin
1581-1587 : Sultan Alaidin Mansyur Syah 
1587-1589 : Sultan Mugyat Bujang
1589-1604 : Sultan Alaidin Riayat Syah
1604-1607 : Sultan Muda Ali Riayat Syah
1607-1636 : Sultan Iskandar Muda (Dharma Wangsa Perkasa Alam Syah)
1636-1641 : Sultan Iskandar Sani
d.     Peristiwa penting
Salah satu peristiwa penting yang dialami Kerajaan Aceh adalah Perang Aceh, yaitu dimulai sejak Belanda menyatakan perang terhadap Kerajaan Aceh.
e.      Penyebab kemunduran
·       Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan daerah Kerajaan Aceh yang begitu luas.
·       Di masa Sultan Iskandar Sani, disinilah masa-masa kemunduran dan setelah beliau wafat, kemunduran itu lebih terasa sangat mundur.
·       Timbulnya pertikaian terus menerus di Kerajaan Aceh antara golongan bangsawan (teuku) dengan golongan ulama (teungku) yang mengakibatkan melemahnya Kerajaan Aceh.
·        Daerah-daerah bawahan banyak yang melepaskan diri seperti Johor, Pahang, Perak, Minangkabau, dan Siak.
3.     Kerajaan Demak

a.      Letak
Kerajaan Demak pada masa itu berada di tepi laut, berada di Kampung Bintara, menjadi Kota Demak, Jawa Tengah.
b.     Sumber sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Demak yaitu Masjid Agung Demak. Ada juga sumber sejarah yang lain, yaitu Pintu Bledeg, Piring Campa, Saka Tatal, Dampar Kencana, serta makam sultan-sultan Kerajaan Demak.

c.      Sultan
1518-1521 : Pati Unus
1521-1548 : Sultan Trenggana
d.     Peristiwa penting
Peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Demak yaitu di Masjid Agung Demak, pada tahun 1668 Sunan Amangkurat II dari Kerajaan Mataram Islam mengucap sumpah setia terhadap perjanjian dengan Belanda yang ditandatangani setelah Kapten Tack di Kartasura.
e.      Penyebab kemunduran
·       Setelah Sultan Trenggono, terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Seda di Lepen dan Sunan Prawoto (putra Sultan Trenggana)
·       Raden Patah kurang menarik simpati orang-orang pedalaman dan bekas rakyat Kerajaan Majapahit
4.     Kerajaan Pajang

a.      Letak
Kerajaan Pajang yang sekarang tinggal batas-batas fondasinya saja berada di perbatasan Kelurahan Pajang, Kota Surakarta dan Desa Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo.
b.     Sumber sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Pajang adalah salah satu peninggalan karya sastra Islam yaitu Babad tanah Jawi.
c.      Sultan
1549-1582 : Jaka Tingkir (Hadiwijaya)
1583-1586 : Arya Pangiri (Ngawantipuro)
1586-1587 : Pangeran Benawa (Prabuwijoyo)
d.     Peristiwa penting
·       Ki Ageng Pamanahan dihadiahi wilayah Mataram oleh Sultan Hadiwijaya atas jasanya mengalahkan Arya Panangsang.
·       Ki Ageng Pamanahan membangun istana di Pasargede atau yang sekarang disebut Kotagede.
·       Sultan Pajang mengangkat Sutawijaya sebagai penguasa baru di Mataram.
·       Pasukan Kesultanan Pajang yang menyerbu Mataram porak-poranda diterjang letusan Gunung Merapi.
e.      Penyebab kemunduran
·       Sultan Hadiwijaya sakit dan wafat.
·       Pemerintahan Arya Pangiri disibukkan dengan balas dendam terhadap Kerajaan Mataram Islam.
·       Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Kerajaan Pajang.
·       Perang Kerajaan Pajang melawan Kerajaan Mataram Islam dan Jipang berakhir kekalahan Arya Pangiri.
·       Tidak ada pengganti tahta kerajaan setelah Pangeran Benawa.
·       Sutawijaya sendiri mendirikan Kerajaan Mataram Islam.
5.     Kerajaan Mataram Islam

a.      Letak
Kerajaan Mataram Islam asal-usulnya adalah suatu Kadipatan di bawah Kesultanan Pajang dan berpusat di Bumi Mentaok yang diberikan pada Ki Ageng Pamanahan sebagai hadiah jasanya. Kerajaan Mataram Islam juga beribukota di Kota Gede, Karta, dan Pleret.
b.     Sumber sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Mataram Islam sebenarnya terbatas, yaitu berasal dari naskah Babad, Serat, dan tradisi lisan.
c.      Sultan
1587-1601 : Panembahan Senopati (Raden Sutawijaya)
1601-1613 : Panembahan Hanyakrawati (Raden Mas Jolang)
1613-1645 : Sultan Agung (Raden Mas Rangsang)
1645-1677 : Amangkurat I (Sinuhun Tegal Arum)
d.     Peristiwa penting
·       Mataram menjadi Kerajaan dengan Sutawijaya sebagai sultan.
·       Panembahan Hanyakrawati dikenal sebagai "Panembahan Seda ing Krapyak" karena wafat saat berburu.
·       Pertentangan dan perpecahan keluarga kerajaan dimanfaatkan oleh VOC.
e.      Penyebab kemunduran
Kemunduran Kerajaan Mataram Islam berawal kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan menguasai Jawa dari Belanda.
6.     Kerajaan Cirebon

a.      Letak
Letak Kerajaan Cirebon adalah di pantai utara Pulau Jawa.
b.     Sumber sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Cirebon menurut Sulendraningrat adalah berasal dan mendasar dari atau pada Babad Tanah Sunda dan Atja.
c.      Sultan
1455-1479 : Pangeran Cakrabuana
1479-1568 : Sunan Gunung Jati
1568-1570 : Fatahillah
1570-1649 : Panembahan Ratu I
1649-1677 : Panembahan Ratu II
d.     Peristiwa penting
Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat.
e.      Penyebab kemunduran
·       Terjadinya kevakuman kekuasaan.
·       Terjadi perpecahan diantara putra-putra Raja Cirebon.
·       Ikut campur VOC dalam mengatur Kerajaan Cirebon.
7.     Kerajaan Banten

a.      Letak
Kerajaan Banten terletak di Provinsi Banten.
b.     Sumber sejarah
Sumber sejarah tentang Kerajaan Banten sangat sedikit dapat ditemukan karena di abad XVI Kerajaan Banten telah menjadi pelabuhan Kerajaan Sunda. Dan salah satu sumber sejarah Kerajaan Banten adalah catatan dari Ten Dam.
c.      Sultan
1552-1570 : Maulana Hasanuddin
1570-1585 : Maulana Yusuf
1585-1596 : Maulana Muhammad
1596-1647 : Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir
1647-1651 : Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad
1651-1682 : Sultan Ageng Tirtayasa
1683-1687 : Sultan Haji
d.     Peristiwa penting
·       Sultan Ageng Tirtayasa menolak VOC menerapkan mono poli.
·       Rakyat Kerajaan Banten membuat VOC kewalahan dengan merusak kebun tebu milik VOC.
·       Kemenangan Sultan Haji menandai berakhirnya kejayaan Kerajaan Banten
e.      Penyebab kemunduran
Terjadi perang saudara di Kerajaan Banten antara saudara Maulana Yusuf dengan pembesar Kerajaan Banten.
8.     Kerajaan Makassar

a.      Letak
Kerajaan Gowa dan Tallo bergabung menjadi satu dengan nama Kerajaan Makassar yang terletak di Sulawesi Sekatan.
b.     Sumber sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Makassar adalah berasal dari catatan Tome Pires.
c.      Sultan
1591-1639 : Sultan Alaudin
1639-1653 : Sultan Muhammad Said
1653-1669 : Sultan Hasanudin
d.     Peristiwa penting
Kerajaan Makassar terdesak setelah VOC menjalin kerja sama dengan Raja Bone di Aru Palaka.
e.      Penyebab kemunduran
·       Terjadi pertentangan keluarga bangsawan.
·       Tidak ada regenerasi yang cakap.
·       Kerajaan Makassar terdesak setelah VOC menjalin kerja sama dengan Raja Bone di Aru Palaka.
9.     Kerajaan Ternate dan Tidore

a.      Letak
Kerajaan Ternate dan Tidore adalah kerajaan Islam di Maluku dan merupakan kerajaan terlama yang pernah berdiri di Nusantara.
b.     Sumber sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Ternate dan Tidore masih belum jelas karena tidak memiliki kutipan pada kalimat. Jadi, sumber sejarah Kerajaan Ternate adalah berupa catatan kaki yang sulit diterjemahkan karena tidak memiliki kutipan yang disebut pada zaman itu yaitu Royal Ark Ternate.
c.      Sultan
1486-1500 : Sultan Zainal Abidin
1500-1534 : Sultan Tabariji
1534-1570 : Sultan Hairun
1570-1583 : Sultan Baabullah
d.     Peristiwa penting
·       Portugis diizinkan mendirikan benteng di Ternate dengan alasan untuk melindungi Ternate.
·       Di masa pemerintahan Sultan Hairun berhasil mengusir Spanyol dari tanah Maluku.
·       Di masa pemerintahan Sultan Baabullah berhasil merebut benteng Portugis di Ternate bahkan mengusirnya dari tanah Maluku.
e.      Penyebab kemunduran
·       Adu domba Tidore dilakukan bangsa asing
·       VOC menguasai rempah-rempah di Maluku
C.    AKULTURASI KEBUDAYAAN ISLAM HUNDU BUDHA DAN BUDAYA LOKAL
Bersamaan dengan masuk dan berkembangnya agama Islam, berkembang pula kebudayaan Islam di Indonesia. Unsur kebudayaan Islam itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan Indonesia tanpa menghilangkan kepribadian Indonesia, sehingga lahirlah kebudayaan baru yang merupakan akulturasi kebudayaan Indonesia dan Islam. Akulturasi kebudayaan Indonesia dan Islam itu juga mencakup unsur kebudayaan Hindu-Budha. Perpaduan kebudayaan Indonesia dan Islam, antara lain dapat dilihat sebagai berikut:
1.     Seni Bangunan.
Misalnya bangunan makam. Makam sebagai hasil kebudayaan zaman Islam mempunyai ciri-ciri perpaduan antara unsur budaya Islam dan unsur budaya sebelumnya, seperti berikut ini;
a.      Fisik Bangunan. Pada makam Islam sering kita jumpai bangunan kijing atau jirat (bangunan makam yang terbuat dari tembok batu bata) yang kadang-kadang disertai bangunan rumah (cungkup) di atasnya. Dalam ajaran Islam tidak ada aturan tentang adanya kijing atau cungkup. Adanya bangunan tersebut merupakan ciri bangunan candi dalam ajaran Hindu-Budha. Tidak berbeda dengan candi, makam Islam, terutama makam para raja, biasanya dibuat dengan megah dan lengkap dengan keluarga dan para pengiringnya. Setiap keluarga dipisahkan oleh tembok dengan gapura (pintu gerbang) sebagai penghubungnya. Gapura itu belanggam seni zaman pra-Islam, misalnya ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi.
b.     Tata Upacara Pemakaman. Pada tata cara upacara pemakaman terlihat jelas dalam bentuk upacara dan selamatan sesudah acara pemakaman. Tradisi memasukkan jenazah dalam peti merupakan unsur tradisi zaman purba (kebudayaan megalithikum yang mengenal kubur batu) yang hidup terus menerus sampai sekarang. Demikian pula, tradisi penaburan bunga di makam dan upacara selamatan tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari, dan seribu hari untuk memperingati orang yang telah meninggal merupakan unsur Islam dan juga unsur agama Hindu-Budha. Dan hingga saat ini tetap dilaksanakan oleh sebagian masyarakat Islam.
c.      Penempatan Makam. Dalam penempatan makampun terjadi akulturasi antara kebudayaan lokal, Hindu-Budha dan Islam. Misalnya, makam terletak di tempat yang lebih tinggi dan dekat dengan masjid. Contohnya, makam raja-raja Mataram yang terletak di bukit Imogiri dan makam para wali yang berdekatan dengan masjid. Dalam agama Hindu-Budha makam dalam candi.
2.     Bangunan Masjid. Bangunan masjid merupakan salah satu wujud budaya Islam yang berfungsi sebagai tempat ibadah. Dalam sejarah Islam, masjid memiliki perkembangan yang beragam sesuai dengan daerah tempat berkembangnya. Di Indonesia, masjid mempunyai bentuk khusus yang merupakan perpaduan budaya Islam dengan budaya setempat. Perpaduan budaya pada bangunan masjid terlihat pada;
a.      Bentuk Bangunan. Bentuk masjid di Indonesia, terutama di pulau Jawa, bentuknya seperti pendopo (balai atau ruang besar tempat rapat) dengan komposisi ruang yang berbentuk persegi dan beratap tumpang. Cirri khusus bangunan masjid di Timur Tengah biasanya bagian atapnya berbentuk kubah, tetapi di Jawa diganti dengan atap tumpang dengan jumlah susunan bertingkat dua, tiga, dan lima.
b.     Menara. Menara merupakan bangunan kelengkapan masjid yang dibangun menjulang tinggi dan berfungsi sebagai tempat menyerukan azan, yaitu tanda datangnya waktu shalat. Di Jawa terdapat bentuk menara yang dibuat seperti candi dengan susunan bata merah dan beratap tumpang, seperti menara masjid Kudus (Jawa Tengah).
c.      Letak Bangunan. Dalam ajaran Islam, letak bangunanmasjid tidak diatur secara khusus. Namun, di Indonesia, penempatan masjid khususnya masjid agung, diatur sedemikian rupa sesuai dengan komposisi mocopat (yaitu masjid ditempatkan di sebelah barat alun-alun), dan dekat dengan istana (keraton) yang merupakan symbol tempat bersatunya rakyat dengan raja di bawah pimpinan imam. Selain itu, adanya kentongan atau bedug yang dibunyikan di masjid Indonesia sebagai pertanda masuknya waktu shalat. Hal itu juga menunjukkan adanya unsur Indonesia asli. Bedug atau kentongan tidak ditemukan pada masjid di Timur Tengah.
d.     Seni Rupa. Wujud akulturasi kebudayaan Indonesia dan islam pada seni rupa dapat dilihat pada ukiran bangunan makam. Hiasan pada jirat (batu kubur) yang berupa susunan bingkai meniru bingkai candi. Pada dinding rumah, makam dan gapura terdapat corak dan hiasan yang mirip dengan corak dan hiasan yang terdapat pada Pura Ulu Watu dan Pura Sakenan Duwur di Tuban (Jawa Timur). Salah satu cabang seni rupa yang berkembang pada awal penyebaran agama Islam di Indonesia adalah seni kaligrafi. Kaligrafi tersebut biasanya digunakan untuk menghias bangunan makam atau masjid.
3.     Aksara. Akulturasi kebudayaan Indonesia dan Islam dalam hal aksara diwujudkan dengan berkembangnya tulisan Arab Melayu di Indonesia, yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menulis dalam bahasa Melayu. Tulisan Arab Melayu tidak menggunakan tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Tulisan Arab Melayu disebut dengan istilah Arab gundul.
4.     Seni Sastra. Kesusastraan pada zaman Islam banyak berkembang di daerah sekitar selat Malaka (daerah Melayu) dan Jawa. Pengaruh yang kuat dalam karya sastra pada zaman Islam berasal dari Persia. Misalnya, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman, dn Cerita 1001 Malam. Di samping itu, pengaruh budaya Hindu-Budha juga terlihat dalam karya sastra Indonesia. Misalnya, Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Sri Rama, Hikayat Kuda Semirang, dan Syair Panji Semirang.
Cara penulisan karya sastra pada zaman Islam dilakukan dalam bentuk gancaran dan tembang. Di Jawa, tembang merupakan suatu bentuk yang lazim, tetapi di daerah Melayu, tembang dan gancaran ada semua. Cerita yang ditulis dalam bentuk gancaran disebut hikayat, sedangkan cerita yang ditulis dalam bentuk tembang disebut syair. Di daerah Melayu, karya sastra itu ditulis dengan menggunakan huruf Arab, sedangkan di Jawa, naskah itu ditulis dengan menggunakan huruf Jawa dan Arab (terutama yang membahas soal keagamaan).
5.     Sistem Pemerintahan. Pengaruh agama Islam di Indonesia juga terjadi dalam bidang pemerintahan sehingga terjadi akulturasi antara kebudayaan Islam dan kebudyaan pra-Islam. Sebelum masuknya agama Islam, di Indonesia telah berkembang sistem pemerintahan dalam bentuk kerajaan. Raja mempunyai kekuasaan besar dan bersifat turun-temurun. Masuknya pengaruh Islam mengakibatkan perubahan struktur pemerintahan dalam penyebutan raja. Raja tidak lagi dipanggil maharaja, tetapi diganti dengan julukan sultan atau sunan (susuhunan), panembahan, dan maulana. Pada umumnya nama raja pun disesuaikan dengan nama Islam (Arab).
Akulturasi dalam penyebutan nama raja di Jawa lebih kelihatan karena raja tetap memakai nama Jawa dibelakang gelar sultan, sunan, atau panembahan, seperti Sultan Trenggono. Di samping itu, juga muncul tradisi baru di Jawa, yaitu pemakaian gelar raja secara turun-temurun, sedangkan untuk membedakan raja yang satu dengan yang lainnya ditentukan dengan menambah angka urutan di belakang gelar, seperti Hamengkubuwono I, II, III, dan seterusnya.
Begitu pula, dengan sistem pengangkatan raja pada masa berdirinya kerajaan Islam di Nusantara tetap tidak mengabaikan cara-cara pengangkatan raja pada masa sebelumnya. Di Kerajaan Aceh, tata cara pengangkatan raja diatur dalam permufakatan hukum adat.
Catatan tambahan:
Di Kerajaan Aceh, tata cara pengangkatan raja diatur dalam permufakatan hukum adat. Tata cara pengangkatan raja di Kerajaan Aceh adalah raja berdiri di atas tabal (tabuh/beduk yang dipalu pada ketika meresmikan penobatan raja, mengumumkan penobatan raja), kemudian disertai ulama sambil membawa al-Qur’an berdiri di sebelah kanan dan perdana menteri memegang pedang di sebelah kiri. Di Jawa, pengangkatan raja dilakukan oleh para wali. Raden Fatah menjadi Sultan Demak dengan permufakatan para wali dan dilakukan di masjid Demak. Pengangkatan Sultan Hadiwijaya dari Kesultanan Pajang dan Penembahan Senopati dari Mataram juga tidak terlepas dari peran Wali Sanga. Perbedaan tata cara pengangkatan raja di setiap daerah menunjukkan bahwa tradisi lokal tetap digunakan.
6.     Sistem Kalender. Wujud akulturasi budaya Indonesia dan Islam dalam sistem kalender dapat dilihat dengan berkembagnnya sistem kalender Jawa atau Tarikh Jawa. Sistem kalender tersebut diciptakan oleh Sultan Agung dari Mataram pada tahun 1043 H atau 1643 M. Sebelum masuknya budaya Islam, masyarakat Jawa telah menggunakan kalender Saka yang dimulai tahun 78 M. Dalam kalender Jawa, nama bulan adalah Sura, Safar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Ruwah, Pasa, Syawal, Zulkaidah, dan Besar. Nama harinya adalah Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Ahad yang dilengkapi hari pasaran, seperti Legi, Pahing, Pon, Wege, dan Kliwon.
7.     Filsafat. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha menjawab masalah-masalah yang tidak terjawab oleh disiplin ilmu yang lain. Filsafat akan mencari suatu kebenaran yang hakiki. Dalam mencari kebenaran, umat Islam menggunakan pendekatan tasawuf. Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari tentang orang-orang yang langsung mencari Tuhan karena terdorong oleh cinta dan rindu terhadap Tuhan. Mereka meninggalkan masyarakat ramai dan kemewahan dunia serta mendekatkan diri kepada Tuhan dengan seluruh jiwa dan raga mereka. Para pencari Tuhan itu mengembara ke mana-mana. Mereka dinamakan sufi dan alirannya dinamakan tasawuf. Bersamaan dengan perkembangan tasawuf, muncul tarekat di Indonesia, seperti tarekat qadariyah. Tarekat adalah jalan atau cara yang ditempuh oleh kaum sufi untuk mendekatkan dirinya kepada Allah. Bentuk akulturasi ilmu tasawuf dengan budaya pra-Islam tampak dalam hal-hal sebagai berikut:
a.      Aliran Kebatinan
Dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan, muncul usaha mencari Tuhan dari kalangan sufi. Seperti ajaran manunggaling kawulo gusti yang diajarkan oleh Syeikh Siti Jenar. Ajaran Syeikh Siti Jenar banyak dipengaruhi oleh unsur budaya pra-Islam. Akibatnya, ia dihukum oleh para wali, karena dianggap menyesatkan.
b.     Filsafat Jawa

Filsafat Jawa sangat erat sekali hubungannya dengan dunia pewayangan. Oleh karena itu, dalam penyebaran Islam di pulau Jawa para walimenggunakan wayang sebagai medianya. Tokoh yang terkenal adalah Sunan Kalijaga

3 komentar:

  1. Why can emptiness be so heavy?

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. This was a nice read though baby. I love you

    BalasHapus

Untuk menghargai kerja keras saya, sempatkanlah meninggalkan komentar. Terima kasih.
Anda Segan, Saya Sungkan.